Tiga puluh tiga puisi di buku ini setidaknya menunjukkan pribadi Setia Naka Andrian yang tak kunjung lelah berurusan dengan puisi. Ada puisi yang ia tulis pada 2008 dan ada pula yang 2019. Masing-masing puisi itu mewakili satu tahap kreatif dalam hidupnya. Dan sebab membentang nyaris sebelas tahun, bisa dipahami jika perhatian Naka sangatlah beragam.
Sesekali ia begitu personal berkisah tentang kisah asmaranya. Di lain waktu ia menulis puisi untuk orang-orang yang ia hormati. Pada satu kesempatan Naka agak mengeluh tentang kondisi kota yang kelewat membuatnya hampir frustasi, dan pada kesempatan lain ia bisa begitu ingin berbincang dengan Tuhan lewat puisi-puisinya. Namun satu yang terlihat jelas, keinginannya menulis riwayat orang-orang Kalang juga kentara di beberapa puisinya—objek yang memang tengah ia pelajari dua tahun belakangan.
Buku ini tentu saja bukan capaian puncak Naka, tetapi pantas disebut paling lengkap mencatat perjalanan puitik hingga hidupnya. Sejak Naka masih tampak semrawut semasa mahasiswa, hingga bertahun-tahun kemudian ia berubah menjadi sosok penyair sekaligus pengajar yang rajin dan beroleh kesempatan melangkahkan kaki ke Polewali Mandar dan bahkan hingga Leiden, Belanda, semata-mata demi urusan puisi.
Tentu saja perjalanannya itu semata-mata demi agar ia beroleh semacam “capaian” dalam menulis puisi. Masih jauh memang, tetapi Naka tampak sekali tak tengah bermalas-malasan untuk sampai di posisi yang hendak ia tuju itu.
Judul: Waktu Indonesia Bagian Bercerita
Penulis: Setia Naka Andrian
Tebal: 109 halaman
Ukuran: 12x 18 cm
Harga: 60.000
Pemesanan 085225036797