Lewat Sair Rempah-Rempah Marco telah memberikan salah satu gambaran yang cukup siginifikan tentang bagaimana sebuah syair pada era pra-Indonesia ditulis dan “dimainkan” perannya. Marco sebagai seorang penyair pada kenyataannya memang tak sanggup melampaui pakem konvensi, dan dengan begitu ia bisa dibilang tak melakukan pendobrakan atas bentuk. Ia menggelinding di rel yang sudah ada. Namun, hal ini bisa dimengerti lantaran kepentingan Marco atas syair bukanlah pada bagaimana menjebol konvensi itu.
Sebaliknya, Marco lebih memainkan bentuk itu sebagai kendaraan untuk menebarkan gagasan-gagasannya: dari edukasi, reaksi, hingga subversi. Ia ingin mengedukasi kalangan bumiputera yang menurutnya masih belum mengerti persoalan mendasar dari kolonialisme. Lewat syairnya pula Marco mencoba bereaksi dengan berbagai persoalan dan peristiwa yang kala itu terjadi di tanah Hindia. Pada saat yang sama pula, Marco secara terbuka mencoba mensubversi wacana kesejarahan yang pada masa itu begitu terpusat pada cara pandang kolonial. Melalui syairnya Marco mencoba menawarkan satu perspektif tentang bagaimana sejarah dipahami dan diletakkan dalam diskursus karya sastra, terutama untuk melihat diri dan bangsa dalam posisi sang pemandang, bukan sebagai yang dipandang.
Judul: Sair Rempah-Rempah
Penulis: Marco kartodikromo
Tebal: 192 halaman
Ukuran: 13×20 cm
Harga: 72.000
Pemesanan 085225036797