BACAAN LIAR (Budaya dan Politik pada Masa Pergerakan karya Razif, sejarawan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI). Setelah menerbitkan dua buku dari Marco Kartodikromo yang tergolong bacaan liar, kini giliran Penerbit Beruang menghadirkan penjelasan tentang topik bacaan liar secara komprehensif.
Istilah “bacaan liar” pertama kali ditulis oleh DA Rinkes ‘kepala Komisi Bacaan Rakyat’. Ia menuduh isi produk bacaan kaum pergerakan itu, di antaranya yang berupa novel, cerita, surat kabar, buku, sampai teks syair lagu, seringkali provokatif, mengejek aturan dan menyerang pemerintah kolonial. Bacaan tersebut lalu otomatis dinilai telah melanggar kekuasaan kolonial dan mengganggu ketertiban.
Di sisi lain, kaum pergerakan justru menganggap produk bacaan adalah bagian tak terpisah dari praksis perjuangan melawan kolonialisme. Marco Kartodikromo, Semaoen, Raden Darsono, Rangsang, Tirto Adhi Soerjo, Axan Zein, Aliarcham, untuk menyebut beberapa tokoh, tercatat sebagai jagoan tempur di medan perang tulisan melawan pihak pemerintah kolonial dan sekondannya.
Semua persoalan “bacaan liar” secara komprehensif dikupas tuntas oleh Razif di buku ini. Ia menilik “bacaan liar” dari berbagai perspektif: ekonomi, sosial, politik, hingga sejarah. Lebih mendalam, ia juga merunut hingga proses distribusi, hubungan percetakan dengan bacaan tersebut, pendapat kaum pergerakan baik yang terlibat langsung ataupun tidak, seberapa jauh tindakan pemerintah kolonial dalam mengantisipasi derasnya bacaan tersebut, serta menjawab dengan jeli pertanyaan mengapa “bacaan liar” seringkali dihasilkan di penjara.
Tebal: 221 halaman
Penerbit: Beruang
Genre: Sejarah
Ukuran: 13 x 20
Kertas: bookpaper 57 gram
Harga: Rp82.000
Pemesanan: 085225036797